twitter
facebook
multiply
tumblr

Selasa, 16 Juli 2013

Resume MBC Day-8

Di pagi Ramadhan yang dingin ini, selasar basement Labtek VIII dipenuhi oleh anak-anak Eltoro yang mengikuti MBC, beserta para seniro dan senorita. Kuorum adalah 214, namun tidak terpenuhi dengan kehadiran 192 orang saja. Apel pagi, seperti biasanya, diawali dengan serentetan pertanyaan mengenai ketidakhadiran peserta lainnya. Diantara alasan absen tersebut adalah: sakit, sudah pulang kampung, sedang berada di luar kota, belum mau ikut MBC, dan urusan lainnya. Kami juga ditekankan bahwa penyerahan surat izin tidak sah apabila diberikan di hari-hari setelah MBC berlangsung.

Forum kemudian dibuka oleh Seniro Dola sebagai moderator dan dibahas beberapa hal:

Pertama-tama ialah pembahasan mengenai apa saja yang kami, Eltoro, peroleh selama proses pembuatan dan eksekusi wisuda. Setelah lebih kurang seminggu mengerjakan properti maupun persiapan performance buat wisudaan, hal yang paling dirasakan oleh kami ialah kebersamaan yang semakin erat. Bagaimana tidak? Selama pengerjaan, kami tidak hanya terpaut pada pekerjaan saja, tetapi juga saling berinteraksi dan bercanda, tak lupa pula bantu-membantu sesama. Ada nyanyi bareng dan gila-gilaan satu angkatan; pokoknya bersenang-senang, deh!

Selain meningkatkan kekompakan kami, pengerjaan properti dan performance juga melatih keterampilan serta keprofesionalitasan kami dalam bekerja, belajar membagi waktu, dan rasa bangga satu angkatan ketika eksekusi berlangsung. Dan yang terpenting dari semuanya adalah kami belajar salah satu budaya HME yaitu mengapresiasi wisudawan-wisudawati. Seniro dan senorita pun mengapresiasi usaha kami dan berpesan agar tetap semangat dan menjaga kekompakan hingga akhir.

Yang kedua ialah evaluasi mengenai keberjalanan wisuda secara umum. Salah satunya adalah suara danlap yang tidak kedengaran sampai ke belakang barisan sehingga tidak kompak saat menyanyikan lagu. Untuk menyigapi hal ini, pemain genderang diharapkan agar lebih baik dalam mengatur ritme. Kemudian permasalahan barikade yang agak membingungkan. Sebelumnya, korlap telah berkata untuk menjaga gundala-gundili agar tidak keluar dari barisan dan melindungi mereka dari orang-orang yang iseng. Apapun yang terjadi, barikade tidak boleh terpecah-belah. Namun sayangnya, saat berada di tunnel malah terjadi hal demikian. Seharusnya setelah bubar secara sporadis untuk menaiki tangga tunnel, barikade disusun kembali.

Korlap juga telah mempersiapkan jika terjadi keadaan hujan seperti kemarin yaitu dengan pengubahan jalur, adanya waktu berteduh saat keberlangsungan arak-arakan, dan menyiapkan sepuluh orang sebagai penanggungjawab payung. Namun, keberlangsungannya mutlak dikehendaki oleh gundala-gundili. Apabila gundala-gundili tidak menyetujuinya, kita harus mengikuti keinginan mereka karena hari tersebut adalah hari spesial buat mereka. Mereka menolak untuk berteduh karena ingin melihat semangat kami kala hujan. Bahkan beberapa di antara mereka menolak diberi payung padahal sudah basah. Untuk properti yang basah dan rusak akibat terpaan hujan sudah ditanggulangi dengan memayunginya atau menaruhnya sementara di jam gadang. Tetapi sayangnya, saat itu hujan malah bertambah deras sehingga tidak tertolong lagi. Namun, himpunan-himpunan lain kagum dengan himpunan kita karena kita tetap menerobos walau sederas apapun hujannya. Ingatlah lirik salah satu lagu HME: "Panas hujan cuekin aja".

Seseorang merespon bahwa persiapan wisuda sudah bagus, namun alangkah baiknya jika tidak kerja serabutan seperti kemarin. Pembagian kerja kami sederhana; penanggungjawab mengonsep sedemikian rupa dan massa Eltoro membantu mengerjakan tanpa menjadi anggota tetap si penanggungjawab. Untuk kemudian harinya, kami diharapkan belajar dari kesalahan agar memiliki manajemen yang lebih baik, bekerja secara terorganisir dan sistematis, serta membuat timeline dan menetapkan anggota-anggota yang jelas agar mengetahui seberapa progress yang telah berjalan. Kemudian terdapat pertanyaan apakah jadwal perform dapat digeser dan dijawab bisa karena pengumpulan wisudawan-wisudawati berlangsung lama.

Lalu, pembahasan yang ketiga ialah evaluasi tugas-tugas pribadi yang tidak maksimal; yang mengumpulkan laporan IEEE hanya 90%, isu elektroteknik 80%, ada yang belum membuat blog pribadi, dan progress buku angkatan. Beberapa kendala untuk buku angkatan, antara lain: kurangnya kesadaran untuk kumpul angkatan sehingga orang-orang yang datang itu-itu saja dan mengesampingkan buku angkatan saat pengerjaan wisudaan. Ditetapkan deadline pengumpulan buku angkatan dengan jumlah yang lengkap pada hari Senin, 22 Juli 2013.

Untuk pembuatan resume di blog, penanggungjawab Alfi selalu mengingatkan kami untuk konfirmasi, namun tetap saja beberapa di antara kami terkadang lupa sehingga pengumpulan tidak sesuai deadline. Selain lupa, ada juga yang beralasan malas dan tidak ada koneksi internet yang dianggap alasan tidak masuk akal. Apabila tidak memiliki koneksi internet, tidak ada salahnya meminta bantuan teman yang lain. Bukankah kita semua keluarga? Seorang senorita menegur kami agar tidak mudah mengeluh dan jangan sekedar minta, tingkatkan pula kesadaran pribadi dan kepedulian satu angkatan karena mereka menerima kami sebagai satu angkatan, bukan individu. Dan sebenarnya diberlakukan deadline pengumpulan resume untuk melatih kami, Eltoro, agar tidak terlambat mengumpulkan tugas praktikum yang apabila terlambat akan diberi konsekuensi nilai nol.

Kami kemudian ditagih untuk mengumpulkan seluruh tugas isu elektroteknik dan laporan IEEE paling lambat hari Kamis, 18 Juli 2013, dengan penanggungjawab Kristianto. Tugas resume untuk semua hari MBC (hari ketiga s.d. hari ketujuh) juga harus di-posting di blog paling lambat hari Sabtu, 20 Juli 2013.

Pembahasan keempat adalah mengenai kewajiban kami menyapa kakak-kakak tingkat yang dinilai buruk karena beberapa di antara kami tidak menyapa. Beberapa alasannya ialah malu, ada yang sekedar senyum dan menundukkan kepala karena takut terkesan sok akrab, apabila sedang tidak terburu-buru pasti akan menyapa, dan bingung ingin menyapa dengan sebutan seniro/bandito dan senorita/maharani. Padahal sebenarnya para kakak-kakak tingkat pasti akan senang sekali apabila disapa oleh adik tingkat mereka. Dan apabila kebingungan dengan panggilan, cukup sapa saja dengan menggunakan salah satu panggilan.

Kami diwajibkan menyapa untuk mengenal siapa saja anggota HME, melatih agar tidak canggung dengan kakak tingkat, dan aplikasi dalam menghormati yang lebih tua daripada kita. Mengenal kakak-kakak tingkat juga memiliki banyak manfaat, seperti membina kekeluargaan dalam HME, kewajiban umat manusia untuk mengenal sekitar, tidak canggung saat sudah berada dalam satu himpunan, dan dapat saling berbagi pengalaman.

Menindaklanjuti hal tersebut, kami diminta untuk membuat suatu acara perkenalan dan telah kami menawarkan beberapa solusi: (1) perkenalan dengan kakak NIM, namun ditolak karena ditakutkan kenalannya hanya itu saja, (2) mengadakan makrab, juga ditolak dengan alasan perkenalan belum sampai pada tahap itu, dan (3) wawancara secara non-formal, yang disetujui dengan teknis-teknis tertentu. Akan dibuat beberapa kelompok kecil untuk mewawancarai kakak tingkat dan setiap massa Eltoro memiliki sebuah buku wawancara yang mirip dengan buku angkatan. Isinya adalah nama, pengalaman, kesan, dan pesan yang ditulis dalam bentuk narasi. Parameternya ialah dua puluh orang seniro, sepuluh orang senorita, tujuh orang bandito, dan tujuh orang maharani; dengan mempertimbangkan jumlah seniro dan senorita yang hadir saat itu serta adanya KP bagi para bandito dan maharani. Deadline pengumpulan pertama adalah hari Sabtu, 20 Juli 2013, dengan lima orang bandito dan maharani saja. Kami dituntut untuk bersikap sopan dan jangan hanya sekedar melakukan wawancara saja, kalau bisa telaah pengalaman mereka karena mereka memiliki pengalaman yang luar biasa.

Dan pembahasan yang terakhir adalah mengenai kesalahan terbesar kami saat persiapan wisuda yaitu bermain 'prosotan' rumput di samping tanggal menuju selasar basement Labtek VIII. Banyak sekali kerugian yang ditimbulkan, antara lain: merusak sarana-prasarana, merusak lingkungan terutama rerumputan, merusak nama baik HME dan Eltoro, kurangnya kepedulian terhadap keselamatan diri sendiri dan teman lainnya (apabila ada yang terjatuh saat bermain-main), dan menunjukkan bahwa angkatan Eltoro belum dewasa. Namun, dari sana kita dapat menjadikannya sebagai pembelajaran agar saling peduli dan saling menjaga keselamatan, serta memupuk kedewasaan.

Akhirnya, setelah sampai di penghujung acara, kami berdoa dan melakukan salam kebanggaan HME.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.